Senin, 20 Mei 2013

Emosi dan Agresi


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
“Emosi” adalah satu kata yang sering diartikan sebagai sesuatu yang negatif oleh kebanyakan orang. Ketika, orang marah kebanyakan orang selalu mengatakan bahwa orang tersebut sedang emosi. Memang benar, orang tersebut sedang mengalami emosi, namun orang tersebut sedang dalam emosi yang negatif. Masalahnya kebanyakan orang mempersepsikan emosi itu sebagai hal yang negatif. Padahal emosi bukanlah muntlak hal yang negatif saja. Emosi terbagi lagi menjadi dua, ada emosi positif dan ada pula emosi negatif. Bagaimana pula emosi positif? Emosi positif itu seperti bahagia.
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan emosi? Mengapa ada yang positif dan ada pula yang negatif? Di dalam makalah ini, akan dibahas mengenai apa itu emosi, bagaimana proses terjadinya, dan apa dasar-dasar biologisnya.
Nah, ada pula istilah agresi. Apa pula yang dimaksud dengan agresi? Agresi dan emosi sama-sama merupakan proses mental. Untuk itu, dibutuhkan penjelasan penjelasan lebih lanjut mengenai emosi dan agresi yang akan dibahas di dalam makalah ini.

B.     Perumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan emosi?
2.         Bagaimana proses emosi berlangsung?
3.         Apa dasar-dasar biologis emosi?
4.         Apa yang dimaksud dengan agresi?

C.     Tujuan Makalah
1.         Mengetahui apa itu emosi dan agresi.
2.         Mengetahui proses dan dasar-dasar biologis emosi.
3.         Memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum II



BAB II
STUDI KASUS

Angelina Patricia Pingkan Sondakh atau dipanggil Angie (lahir di Australia, 28 Desember 1977) adalah artis dan politisi Indonesia. Ia menjadi tersangka kasus korupsi dan suap terkait pembahasan anggaran proyek Wisma Atlet Palembang korupsi dan politukus Indonesia. Ia mulai dikenal setelah terpilih menjadi pemenang kontes kecantikan Puteri Indonesia 2001. Selanjutnya, ia terjun ke dunia politik dan terpilih sebagai anggota DPR Republik Indonesia 2004-2009 dan 2009-2014 dari Partai Demokrat. Pada tahun 2012, ia menjadi tersangka kasus suap wisma atlet SEA Games yang melibatkan polittikus Indonesia lainnya.
Pada saat proses sidang, Angie sempat membela dirinya/membantah dari semua tuduhan serta bukti yang menujukkan dirinya melakukan tindakan korupsi dan suap anggaran proyek “Wisma Atlet Palembang”. Ketika hakim membacakan tuduhan dan bukti terhadap Angie, Angie secara spontan membantah itu semua dengan tegas dan menangis.
Ketika rekannya atau saksi yaitu Nazaruddin mengungkapkan semua fakta yang ada dan menujukkan Angie bersalah, Angie tetap mempertahankan dirinya dan mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah, tidak ada raut wajah kecemasan yang tampak dari wajah Angie ketika dia membela dirinya walaupun bukti-bukti sudah menunjukkan Angie bersalah. Pada beberapa kali persidangan, hakim sempat mengatakan apakah Angie mengirim pesan melalui BBM, Angie sejenak terdiam dan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki Blackberry dengan tenangnya. Hal ini bertentangan dengan bukti yang ada bahwa Angie memiliki smartphone BlackBerry.
Para ahli psikolog mengatakan bahwa Angie memiliki kecerdasan emosi dimana ia dapat menahan emosi atau mengontrol emosi yang akan dikeluarkannya, hal ini menyebabkan Angie dapat mengeluarkan emosi yang bertentangan dengan stimulus dan kebenaran yang ada.
Dengan latar belakang sebagai aktris dan mantan putri Indonesia 2001, tidaklah hal yang cukup sulit bagi Angie untuk mengontrol emosinya dan berakting yang sesuai. Tetapi walaupun Angie mempertahankan dirinya tidak bersalah, tetapi bukti kuat menghantarkan Angie untuk masuk ke jeruji besi.


BAB III
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Emosi
Pada umumnya emosi disifatkan sebagai keadaan yang ada pada individu/organisme pada waktu tertentu. Misalnya, seperti perasaan sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain, emosi dapat diartikan sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh organisme. Berikut ini merupakan beberapa defenisi emosi.
1.         Emosi adalah perasaan positif atau negative yang pada umumnya sebagai reaksi terhadap rangsangan yang disertai dengan gairah fisiologis dan prilaku yang terkait (Lahey, 2005)
2.         Emosi adalah perasaan atau afeksi yang dapat melibatkan ketergugahan fisiologis, pengalaman disadari, dan ekspresi prilaku (Laura, 2010)
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa emosi merupakan keadaan (state) yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan prilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian (fisiologis), sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Ada empat elemen dasar (komponen) dari pengalaman emosi, yaitu :
1.         Adanya stimulus yang menimbulkan reaksi
2.         Adanya pengalaman sadar emosi positif dan negative yang kita rasakan
3.         Adanya keadaan arousal fisiologis yang dihasilkan oleh sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin.
4.         Adanya perilaku terkait yang umumnya menyertai emosi, seperti menangis, merinding, dan lain-lain.

B.     Teori Emosi
Berdasarkan empat elemen dasar dari emosi. Ada tiga teori dari tokoh psikologi yang menjelaskan bagaimana emosi dapat terjadi:
1.         James-Lange Theory
Teori dikemukakan oleh William James (1950) dan Carl Lange (1922), dimana teori ini mengatakan bahwa pengalaman emosional sadar disebabkan oleh umpan balik ke korteks serebral dari reaksi fisiologis dan prilaku. Menurut teori ini emosi merupakan akibat atau hasil persepsi dari keadan jasmani. Misal, orang sedih karena menangis, orang takut karena gemetar. James percaya bahwa stimulus emosional yang diarahkan (oleh pusat relay sensorik yang dikenal dengan Thalamus) langsung ke sistem limbic, yang menghasilkan reaksi tubuh (takut) melalui hipotalamus dan simpatik pembagian sistem saraf otonom. Sensasi dari reaksi tubuh kemudian dikirim kembali ke korteks dan menghasilkan apa yang kita rasakan dalam pengalaman sadar emosi.
2.         Cannon-Bard Theory
Teori Cannon-Bard dikemukakan oleh Walter Cannon (1972) yang kemudian direvisi oleh Philip Brad (1934). Teori ini mengkritik teori James-Lange, di mana teori ini mengatakan bahwa pengalaman emosional sadar dan reaksi fisiologis dan perilaku adalah peristiwa relatif independen. Cannon percaya bahwa informasi dari stimulus emosional petama menuju ke thalamus, kemudian informasi secara bersamaan menyambung sekaligus ke cerebral cortex. Di mana menghasilkan pengalaman emosional, dan hipotalamus dan sistem saraf otonom, menghasilkan arousal fisiologis yang mempersiapkan individu untuk melawan, lari, atau bereaksi dalam beberapa cara lain.
3.         Cognitive Theory
Teori Kognitif mengatakan bahawa interpretasi kognitif dari dunia luar (lingkungan) dan rangsangan dari tubuh kita sendiri merupakan faktor kunci dalam emosi. Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962).
Ada dua tahap dari proses interpretasi kognitif emosi, yaitu:
a.         Interpretasi rangsangan atau stimulus ke lingkungan
Perspektif kognitif pada interpretasi dari rangsangan (stimulus) emosi berasal dari dunia luar atau lingkungan. Emosi yang ditafsirkan oleh seseorang merupakan reaksi alami terhadap rangsangan (stimulus) yang diterimanya dari lingkungan. Misalnya, ketika handphone Sinta berdering, Sinta berharap bahwa itu merupakan dari sahabatnya yang sudah lama dia nanti, Sinta merasakan bahagia dan senang, tetapi ketika yang menelfon Sinta merupakan musuhnya, emosi Sinta berubah menjadi takut. Pada kasus ini, penafsiran dari rangsangan, bukan rangsangan itu sendiri. Demikian, teori kognitif emosi, informasi dari rangsangan pertama menuju ke cerebral korteks, di mana adanya penafsiran dan pengalaman. kemudian pesan tersebu dikirim kepada sistem limbic dan sistem saraf autonom hasil menjadi physiological arousal.
b.        Interpretasi rangsangan tubuh
Tahap kedua ini adalah penafsiran rangsangan terhadap tubuh yang disebabkan karena adanya autonomic arousal. Singer (1962) percaya bahwa arousal emosi sangat tidak jelas dan tidak spesifik untuk emosi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sistem syaraf otonom dan kelenjar endokrin aktif dengan cara yang sama dan tanpa memperhatikan emosi apa yang sebenarnya dirasakan. Stimulus internal dari arousal emosi yang disebabkan oleh tubuh memainkan peranan penting dalam proses merasakan emosi, tetapi hanya jika interpretasi (penafsiran) kognitif dianggap sebagai sumber dari arousal tersebut.
C.     Peran Belajar dan Budaya dalam Emosi
Belajar dan budaya berperan dalam memunculkan eksprei emosi seseorang. Berbeda budaya, maka berbeda pula ekspresi emosi yang ditunjukkan. Ada dua hal yang dapat membuktikan bahwa belajar dan budaya memiliki peran penting dalam emosi, yaitu:
1.         Cultural learning mempengaruhi ekspresi emosi seseorang
Mengapa demikian? Karena ada budaya yang mengajarkan untuk bebas dalam mengekspresikan emosinya dan adapula yang sebaliknya mengajarkan untuk tidak terlalu berlebihan dalam menunjukkan ekspresinya dihadapan public. Hal ini disebabkan karena, masing-masing budaya memiliki aturan-aturannya sendiri dan memiliki cara-cara tersendiri dalam mendidik.
Contohnya Amerika membudayakan penduduknya untuk bebas dalam mengekspresikan emosinya. Jadi, penduduk Amerika dapat tertawa lepas dalam mengekspresikan emosi positifnya. Hal ini bertolak belakang dengan budaya di Jepang yang melarang penduduknya untuk berlebihan dalam mengekspresikan emosinya di depan umum. Hal ini menimbulkan kebiasaan menutup mulut ketika tertawa bagi penduduk Jepang.
2.         Orang-orang yang berbeda budayanya cendrung berbeda pula dalam menginterpretasikan situasi yang menimbulkan reaksi emosi
Hal ini dapat memperkuat persepsi dari teori kognitif emosi. Dimana stimulus yang sama akan menimbulkan reaksi emosi yang berbeda-beda pada orang-orang yang berbeda pula budayanya. Perbedaan-perbedaan dalam menginterpretasikan tersebut merupakan hasi dari perbedaan pengalaman social learning setiap orang dalam budayanya masing-nasing.
Contohnya mahasiswa dari Afrika cenderung menginterpretasikan emosi negative yang muncul pada mereka disebabkan oleh perilaku orang lain terhadap mereka. Sebaliknya pada mahasiswa dari Amerika Latin mereka tidak menginterpretasikan emosi negative yang muncul pada mereka disebabkan oleh perilaku orang lain terhadap mereka.

D.     Mengejar Kebahagiaan
Sebenarnya apa yang membuat kita bahagia? Apakah uang? Pekerjaan? Teman? Cinta? Ataukah agama? Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang membuat kita bahagia bukan? Ya tentu saja. Namun, setiap orang akan berbeda kadar kebahagiaannya terhadap hal-hal tersebut. Sebab kepribadian manusia kan berbeda-beda, bahkan bayi kembar identik sekali pun tidak akan sama. Sehingga membuat pemahaman dan pemikiran setiap manusia pun berbeda-beda. Jika pemahaman dan pemikiran setiap manusia berbeda-bedakan, maka akan berbeda pula dalam mempersepsikan kebahagiaanya.
Kebahagiaan dihubungkan dengan kepribadian kita untuk pertimbangan yang luas (Diener & others, 2003; Diener & Seligman, 2004; Heller & others, 2004). Orang-orang yang mencetak skor tinggi pada extraversion cenderung lebih bahagia dari orang lain. Begitu pula dengan orang-orang dengan skor rendah pada  neuroticism, yang artinya mereka tidak mudah tersinggung dan mereka akan cepat pulih jika tersinggung, juga cenderung untuk bahagia (Diener & others, 2003; Schimmack & others, 2002).

E.     Perbedaan Budaya dalam Kebahagiaan
 Apakah orang yang memiliki budaya yang berbeda akan memiliki kebahagiaan yang sama? Ketika alat ukur kebahagiaan diberikan kepada orang-orang di berbagai negara di seluruh dunia, jelas bahwa orang-orang di beberapa negara jauh lebih bahagia daripada yang lain (Diener & others, 2003). Mengapa demikian? Jelas saja setiap Negarakan memiliki masing-masing budayanya sendiri. Sehingga akan berbedalah tingkat kebahagiaannya.
Contohnya, kebanyakan orang Indonesia akan bahagia ketika mereka menikah. Sebaliknya, di Negara lain, kabanyakan orang akan lebih bahagia ketika mereka telah mencapai sukses dalam karier mereka daripada pernikahan mereka. Bahkan, di Negara lain ada yang mengesampingkan pernikahan mereka lebih memilih untuk mengejar karier mereka ketimbang untuk menikah.

F.      Emotional Intelligence
Salovey dan Pizarro mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk merasakan emosi secara akurat, untuk menngendalikan emosi,  untuk mengerti emosi, dan untuk menjaga atau me-manage emosi dalam diri sendiri dan orang lain (dalam Plotnik, 2005).
Mayer & Salovey (1997) membagi emotional intelligence kedalam 4 (empat) cabang, yaitu:
1.         Persepsi Emosi adalah kemampuan seseorang dalam merasakan emosi yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain.
2.         Integrasi Emosi adalah kemampuan seseorang dalam memunculkan dan menggunakan emosi dalam tugas-tugas kognitif, seperti memecahkan masalah dan kreatifitas, atau sebagainya.
3.         Pemahaman Emosi adalah kemampuan seseorang untuk memahami emosi yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang lain.
4.         Pengaturan Emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi dalam diri maupun orang lain dan menentukan cara untuk mengatasi emosi tersebut agar menjadi sesuatu yang positif.

G.    Fisiologi Emosi dan Lie Detector
Lie detector atau polygraph adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui seseorang jujur atau bohong. Prinsip kerja lie detector ini mengindikasi pada sistem saraf autonom kita dimana jika kita berbohong, maka akan muncul suatu emosi, seperti takut atau merasa bersalah. Emosi tersebut akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tubuh kita, seperti pernafasan tidak teratur / semakin cepat, kulit akan semakin banyak memproduksi keringat, tekanan darah akan semakin tinggi, dan detak jantung yang juga semakin cepat. Perubahan-perubahan / respon fisiologi tubuh tersebut akan digambarkan dalam bentuk grafik oleh polygraph.
1.         Komponen-komponen yang terdapat pada lie detector
a.       Pneumograph: untuk mengukur kecepatan pernafasan yang digunakan pada dada dan perut testee.
b.      Galvanometers: untuk mengukur produksi keringat pada kulit testee.
c.       Blood pressure cuff:  untuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, dan detak       jantung testee.
2.         Teknik kontrol pertanyaan
Dalam penggunaan lie detector, tester akan memberikan beberapa pertanyaan dimana pertanyaan yang diberikan tester hanya ada dua jenis, yaitu:
a.         Pertanyaan netral (neutral questions): pertanyaan yang hanya menimbulkan  respon emosi yang kecil.
b.        Pertanyaan ktitik (critical questions): pertanyaan yang menimbulkan respon emosi yang besar.
Testee hanya menjawab semua pertanyaan yang diberikan tester dengan “Iya” atau “Tidak”. Jika testee menjawab critical questions dengan disertai respon fisiologis yang sangat besar, maka dapat dikatakan bahwa testee sedang berbohong.
3.         Keakuratan lie detector
Lie detector menggunakan prosedur yang disebut ”guilty knowledge test ” (tes pengetahuan yang salah), karena Lie detector ternyata menimbulkan masalah. Testee yang gugup saat melaksanakan test, walau telah berkata ”jujur” akan tetap dikatakan ”bohong” oleh lie detector karena orang yang gugup tekanan darah, produksi keringat, kecepatan pernafasan, dan detak jantung akan meningkat. Respon fisiologis seperti ini akan diindikasi ”bohong” oleh lie detector. Sebaliknya, jika testee adalah pembohong yang telah ahli yang dapat mengendalikan emosi dan respon fisiologis tubuhnya, dia akan tetap dikatakan ”jujur” oleh lie detector, walaupun semua yang ia katakan adalah ”bohong”.
David Lykken psikolog dari Universitas Minnesota telah melakukan penelitian terhadap keakuratan lie detector. Dua puluh tahun yang lalu, dia mengatakan bahwa alat ini masih cukup akurat untuk digunakan dalam mendeteksi kebohongan, tapi tingkat kesalahannya yang sangat besar belum dapat diterima sepenuhnya (dalam Lahey, 1979).


F.      Agresi
1.         Pengertian Agresi
Agresi adalah perilaku bermaksud untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Agresi ada tiga jenis, yaitu:
a.         Offensive aggression: perilaku agresi yang tidak ditujukan langsung pada sumber penyebab agresi tetapi diarahkan secara tidak langsung.
b.        Retaliatory aggression: perilaku agresi yang merupakan respon provokasi.
c.         Instrumental aggression: perilaku agresi yang digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lain, misalnya membunuh korban untuk merampok hartanya.
2.         Perspektif perilaku Agresi
a.         Perspektif agresi dari keadaan internal
·           Perspektif psikoanalisis: Freud mengatakan bahwa dalam diri manusia selalu mempunyai potensi bawah sadar yaitu suatu dorongan untuk merusak diri atau thanatos
·           Perspektif ethologist: perilaku agresi disebabkan oleh faktor insting dalam diri manusia dan perilaku agresi dilakukan dalam rangka adaptasi secara revolusioner.
·           Perspektif sosiobiologi: perilaku agresi berkembang karena adanya kompetisi sosial yaitu kompetisi terhadap sumber daya.
·           Perspektif biologis: perilaku agresi disebabkan oleh meningkatnya hormon dan disebabkan adanya tanda-tanda abnormalitas.
·           Perspektif frustasi-agresif: menyatakan bahwa dalam setiap frustasi selalu menimbulkan perilaku agresi.
b.        Perspektif belajar sosial
   Teori belajar sosial yang dipelopori oleh Albert Bandura menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku yang dipelajari dari pengalaman masa lalu apakah melalui pengamatan langsung (imitasi), pengalaman langsung, dan pengukuran positif dan negatif.
c.         Perspektif situasional dalam perilaku agresi
Sedikitnya terdapat lima cara dalam melakukan agresi, yakni:
·           Efek senjata: melakukan agresi dengan senjata, misalnya pisau, pistol dan benda tajam lainnya.
·           Provokasi langsung
·           Penyerangan: baik secara verbal maupun non-verbal
·           Karakteristik target: ada beberapa ciri tertentu yang mempunya potensi sebagai target agresi seperti anggota kelompok yang tidak disukai dan orang yang tidak disukai
·           In group vs Out group conflict:
Perilaku agresi seringkali didasarkan atas konflik antar kelompok. Konflik antar kelompok sering kali dipicu oleh perasaan in group vs out group sehingga anggota kelompok diwarnai perasaan prasangka. Salah satu teori prasangka adalah realistic conflict theory yang memandang prasangka berakar dari kompetisi sejumlah kelompok sosial terhadap sejumlah komoditas maupun peluang. Apabila kompetisi berlanjut maka masing-masing anggota akan memandang anggota kelompok lain sebgagai musuh, sehingga jika terdapat isyarat agresi maka perilaku agresi akan muncul.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan
Emosi merupakan keadaan (state) yang ditimbulkan oleh situasi tertentu dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan prilaku yang mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian (fisiologis), sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Sedangkan agresi adalah perilaku bermaksud untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis.
Emosi bukanlah suatu hal abstrak yang tidak nyata. Emosi memiliki dasar-dasar biologis dimana otaklah yang berperan dalam prosesnya. Bagian otak yang berperan dalam memproses emosi adalah sistem limbik. Ketika emosi diproses, tubuh akan merespon dengan memperlihatkan perubahan fisiologis (reaksi tubuh) yang diperankan oleh sistem saraf autonom.

B.     Saran
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu, penyusun menyarankan bagi para penyusun lain yang berminat menyusun makalah dengan tema pembahasan yang sama, sebaiknya dapat menambahkan jumlah referensi, karena semakin besar jumlah referensi yang digunakan, maka akan semakin jelas pula pembahasannya.


 
DAFTAR PUSTAKA

Feldman, Robert S. 2012.  Pengantar Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika
Lahey, Benjamin B. 2007. Psychology An Introduction. 9th. New York: McGraw-Hill
Plotnik, Rod.2005. Introduction to Psychology. 7th. New York: Thomson Wadswoth

Sumber Lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar