Tertekan karna ketakutanku sendiri..
Ketakutan yang memenjarakan jati diri..
Ketakutan yang menghalangiku untuk menatap jauh..
Ketakutan untuk tak mampu menjadi apa yang kuharapkan..
Ketakutan untuk tak mampu menjadi apa yang diharapkan orang yang kusayang..
Ketakutan yang menghancurkan semangatku..
Semakin hal itu ada semakin aku tak bisa berbuat..
Bahkan untuk bertahan lama di depan cermin saja aku tak sanggup..
Aku lelah.......
Senin, 22 Juli 2013
Takut
Senin, 17 Juni 2013
"Jangan-jangan" oleh Tere Liye
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat kecantikan
Karena di mana-mana, industri komestik, industri artifisial
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk menciptakannya
Mengabaikan begitu banyak kecantikan sejati di sekitar
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat pendidikan
Karena di mana-mana, sekolah, universitas
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk memberi nilai, pun mengejar ijasah
Lupa orang2 dulu tidak punya selembar ijasah
Tapi ilmunya menerangi dunia hingga hari ini
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat politik
Karena di mana-mana, partai, penguasa, kader
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk mengejar kekuasaan
Menang, menang dan menang
Lupa, meskipun kalah, politik tetap bisa mulia dan bermanfaat
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat cinta
Karena di mana-mana, buku, film, kisah2
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk berbunga-bunga indah bicara cinta
Lupa, cinta sejati baru terbukti justeru saat kesedihan dan beban hidup datang
Kasih sayang sesungguhnya terbukti ketika kepercayaan dan komitmen sedang diuji
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat kerja keras
Karena di mana-mana, di mana-mana, kita lebih suka jalan pintas
Ingin cepat, kalau bisa besok pagi sudah kaya, sudah terkenal
Lupa, bahwa sesuatu yang mudah datangnya, akan mudah pula perginya
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat waktu
Karena di mana-mana, semua orang bersantai dengan gagdetnya
Sibuk dengan keajaiban teknologi
Dan kita melupakan, sebagian besar waktu kita terbuang sia-sia
Lupa berhitung dan semua sudah terlanjur pergi
Inilah puisi jangan-jangan
Akan panjang sekali daftarnya jika diteruskan
Maka sungguh tidak akan pernah merugi
Orang2 yang selalu meng-hisab dirinya setiap hari
(forwarded from facebook)
Kita semua tidak pernah paham hakikat kecantikan
Karena di mana-mana, industri komestik, industri artifisial
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk menciptakannya
Mengabaikan begitu banyak kecantikan sejati di sekitar
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat pendidikan
Karena di mana-mana, sekolah, universitas
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk memberi nilai, pun mengejar ijasah
Lupa orang2 dulu tidak punya selembar ijasah
Tapi ilmunya menerangi dunia hingga hari ini
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat politik
Karena di mana-mana, partai, penguasa, kader
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk mengejar kekuasaan
Menang, menang dan menang
Lupa, meskipun kalah, politik tetap bisa mulia dan bermanfaat
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat cinta
Karena di mana-mana, buku, film, kisah2
Dan orang2 di sekitar kita, terlalu sibuk berbunga-bunga indah bicara cinta
Lupa, cinta sejati baru terbukti justeru saat kesedihan dan beban hidup datang
Kasih sayang sesungguhnya terbukti ketika kepercayaan dan komitmen sedang diuji
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat kerja keras
Karena di mana-mana, di mana-mana, kita lebih suka jalan pintas
Ingin cepat, kalau bisa besok pagi sudah kaya, sudah terkenal
Lupa, bahwa sesuatu yang mudah datangnya, akan mudah pula perginya
Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat waktu
Karena di mana-mana, semua orang bersantai dengan gagdetnya
Sibuk dengan keajaiban teknologi
Dan kita melupakan, sebagian besar waktu kita terbuang sia-sia
Lupa berhitung dan semua sudah terlanjur pergi
Inilah puisi jangan-jangan
Akan panjang sekali daftarnya jika diteruskan
Maka sungguh tidak akan pernah merugi
Orang2 yang selalu meng-hisab dirinya setiap hari
(forwarded from facebook)
Tanya Hati (Puisi setahun yang lalu)
Bagaimana mungkin aku yang lebih berharga sedangkan kau bertahan dengannya?
Bagaimana mungkin kau tetap memegang erat ku sedangkan kau tak melepasnya?
Bagaimana mungkin aku tetap ada diantara kau dan dia, membiarkan dia merasakan sakit yang pernah kurasakan?
Bersikap tegaslah..
Aku tau belum saatnya untuk mu memilih..
Tapi tak bisakah kau menghargai perasaan wanita?
Aku tau bagaimana rasanya..
Wanita bukan untuk dipermainkan hatinya..
Sekalipun terlihat begitu keras kepala, begitu kasar..
Jauh di dalam sana, di dalam hatinya perasaannya begitu lembut..
Mudah tergores..
Observasi Psikologi Perkembangan (Perkembangan Kognitif Anak Usia 3 Tahun Awal)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Identitas Anak
Inisial :
FM
Jenis
kelamin :
Laki-laki
Tanggal
lahir :
16 Juni 2011
Usia
kronologis :
1 tahun 11 bulan 16 hari
Pendidikan :
Belum Sekolah
Kedudukan
dalam keluarga : Anak pertama
(tunggal)
Tanggal
observasi : 27
Mei 2013
B.
Tujuan Observasi
Untuk
mengetahui perkembangan
kognitif melalui pemenuhan tahap sensorimotorik Piaget dan perkembangan
astistik anak tiga tahun awal.
C.
Hasil Observasi
1. Tahap
Sensorimotorik Piaget
Awalnya FM yang diberi mainan shape box tidak dapat menemukan lubang yang sesuai untuk bentuk
benda tersebut. FM juga belum bisa memegang mainan berbentuk secara benar untuk
dimasukkan ke lubang. Setelah diberi contoh sebanyak 3 kali, FM masih belum
bisa menemukan lubang yang sesuai dengan
bentuk mainan, namun FM sudah dapat memegang dengan benar mainan tersebut dan
memasukkannya ke lubang dengan menunjukkan lubang yang benar dengan arahan.
Setelah kembali diberi contoh, FM tetap belum bisa menemukan lubang yang benar
berdasarkan bentuk dan masih mencoba satu persatu lubang yang sesuai dengan
bentuk benda. Setelah beberapa saat, FM
mulai bosan dengan permainan shape box
tersebut.
2. Perkembangan
Artistik
FM diberi beberapa gambar untuk diwarnai. FM belum bisa
memegang pensil warna secara benar. Ketika mewarnai, FM mencoret-coret gambar
secara tidak terarah dan tidak mengikuti pola gambar.
D.
Hasil Anamesa
Hasil anamesa diperoleh dari ibu FM yang berinisial NN.
FM merupakan anak laki-laki pertama dan anak tunggal. Ayah FM jarang berada di
rumah karena bekerja, jadi FM lebih sering bersama dengan ibunya dibanding
ayahnya. NN mengatakan bahwa FM adalah anak yang sangat aktif, suka
berlari-lari dan melompat. Bahkan FM sudah bisa menaiki tangga. Namun FM
termasuk anak yang sulit untuk makan. Saat makan, FM sangat lama mengunyah
makananya, ia lebih suka mengisapnya di depan mulut padahal gigi FM sudah
tumbuh. Selain itu selama makan FM tidak bisa diam.
Dari anamesa juga diperoleh info bahwa FM sangat jarang
keluar rumah. FM lebih sering bergaul dengan NN. NN juga mengungkapkan bahwa FM
terkadang sangat rewel dan suka melempari barang yang ada di dekatnya ke arah
NN. NN sudah berusaha menasehati dan terkadang memarahi FM. Namun FM masih
tetap berperilaku seperti itu.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam
melakukan observasi perkembangan anak ini kelompok menggunakan teori
perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget seorang psikolog
perkembangan dari Swiss. Sebelum membahas teori perkembangan Piaget lebih
dalam, ada baiknya kita singgung dulu bagaimana teori perkembangan dari sudut
pandang kognitif. Jika kita bandingkan dengan teori perkembangan dari sudut
pandang psikoanalisa yang menekankan pada ketidaksadaran, teori perkembangan
dari sudut pandang kognitif ini menekankan pada kesadaran manusia.
Piaget
menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak akan melalui empat tahap (Santrock:
2007). Anak akan aktif dalam membangun pemahamannya tentang dunia. Piaget juga
menyatakan bahwa, perkembangan kognitif anak dimulai dari kempauan bayi untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang mucul mulai dari bayi lahir (Papalia:
2009).
A.
Proses Perkembangan Menurut Piaget
Ada empat proses penting yang saling
berdinamika di setiap tahapan perkembangan kognitif Piaget, yaitu skema,
adaptasi, organisasi, dan equilibrium.
1.
Skema
Piaget
menyatakan bahwa setiap anak dalam membangun pemahamannya tentang dunia, otak
akan berkembang membentuk skema (Santrock: 2007). Dimana skema yang berkembang
terbagi menjadi dua bentuk, yaitu skema-skema perilaku berupa aktivitas fisik
yang berkembang pada masa bayi dan skema-skema mental berupa aktivitas kognitif
yang berkembang pada masa kanak-kanak (Lamb, Bornstein, dan Teti dalam Sanrock:
2007).
Skema-skema
perilaku yang dimaksud di atas seperti aktivitas bayi dalam melihat,
menggenggam, menyusu, menghisap, dan sebagainya. Sedangkan skema-skema mental
itu seperti kemampuan anak dalam mengklasifikasikan objek, misal merah, hijau,
kuning, dan biru, anak akan mengklasifikasikan hal tersebut kedalam warna.
2.
Adaptasi
Adaptasi
merupakan penyesuaian anak terhadap informasi baru dan menghubungkannya dengan
skema yang telah dibentuk sebelumnya. Piaget mengemukakan proses adaptasi ada
dua konsep di dalamnya, yaitu asimilasi dan akomodasi. Kedua konsep ini saling
berdinamika dalam proses adaptasi anak.
Asimilasi
adalah proses dimana seorang anak memasukkan informasi baru ke dalam skema yang
telah ada. Misalnya bayi yang telah terbiasa menghisap putting ibunya terbiasa
menghisap botol susu, nah ketika bayi tersebut diberikan gelas dengan tutup
bercorong, bayi akan melakukan cara yang sama dalam menghisap gelas tersebut,
namun tidak berhasil. Ketika bayi tidak berhasil menghisap susu yang terdapat
dalam gelas tersebut, sang bayi akan melakukan perubahan pada cara yang
terbiasa dia lakukan pada putting susu ibunya dan botol susunya, konsep inilah
yang dikatakan dengan akomodasi yang merupakan proses perubahan atau
penyesuaian skema lama anak dengan informasi baru.
3.
Organisasi
Organisasi
merupakan pengelompokan perilaku-perilaku dan pemikiran-pemikiran ke dalam
suatu struktur (skema) yang lebih teratur dan lebih rumit. Misalnya seorang
anak laki-laki, melihat sebuah palu dan alat pertukangan lainnya, dia tidak
tahu cara menggunakan palu dan alat pertukangan tersebut karena dia hanya
memiliki pemikiran yang samar tentang palu dan lainnya. Namun, dia berusaha
untuk mempelajari cara menggunakan palu tersebut. Dan setelah dia tahu cara
menggunakan palu tersebut, dia akan menghubungkan (mengorganisasikan) cara
penggunaan tersebut ke dalam pengetahuannya (Santrock: 2007).
4.
Equilibrium
Equilibrium
merupakan suatu mekanisme yang menjelaskan bagaimana anak berpindah dari tahap
pemikiran satu ke tahap pemikiran berikutnya, yang disebabkan oleh konflik
kognitif (disequilibrium) yang
terjadi pada anak dalam prosesnya untuk memahami dunia dan pada akhirnya anak
akan menyelesaikan konfilk tersebut dengan mencapai suatu equlibrium (Santrock: 2007).
Sebagai
contoh seorang anak akan menganggap bahwa tiang tower, matahari, bulan,
bintang, gedung-gedung pencakar langit, dan sebagainya bergerak mengikutinya,
namun seiring berkembangnya pemikiran anak dia akan memahami bahwa tiang tower, matahari, bulan, bintang,
gedung-gedung pencakar langit, dan sebagainya itu tidak bergerak mengikutinya.
Pada tahap pemahaman tersebutlah anak telah mencapai equilibrium-nya.
B.
Tahap Perkembangan Menurut Piaget
Tahap perkembangan Piaget terdiri dari empat tahap, yaitu
tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun), tahap praoperational (2 – 6 tahun),
tahap operasional konkret (7 – 11 tahun), dan tahap operasional formal (11
tahun - dewasa).
Pada observasi ini, tahap yang sedang berlangsung pada
anak adalah tahap sensorimotorik.
Tahap
Sensorimotorik (lahir-2 tahun)
Mengapa
dikatakan tahap sensorikmotorik? Karena pada tahap ini bayi memahami dunia
dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalamn sensorik dan motoriknya. Dalam
tahap sensorimotorik ini Piaget membaginya lagi menjadi beberapa sub tahap,
yaitu:
a.
Refleks-refleks sederhana (bulan
pertama setelah kelahiran)
Pada
sub tahap ini sensasi dan tindakan bayi dikoordinasi melalui perilaku refleks
bayi, seperti refleks menggenggam jari ibu ketika didekatkan pada tangan bayi
atau refleks menghisap puting susu ibunya jika didekatkan ke bibirnya.
b.
Habits
pertama dan reaksi-reaksi sirkuler primer (1-4 bulan)
Habits
pertama itu seperti melakukan gerakan-gerakan menghisap puting susu ibunya atau
botol susu walaupun tidak didekatkan dengan payudara ibunya atau botol susunya.
Sedangkan reaksi-reaksi sirkuler primer itu seperti melakukan gerakan yang sama
dengan gerakan menghisap susu ketika jarinya didekatkan ke bibirnya.
Habits
dan reaksi sirkuler primer ini akan dilakukan secara berulang oleh bayi. Pada
tahap ini, bayi menaruh perhatiannya pada tubuhnya sendiri.
c.
Reaksi-reaksi sirkuler sekunder(4-8
bulan)
Pada
sub tahap ini bayi mulai beralih perhatianya dari tubuhnya sendri ke objek yang
ada di sekitarnya, seperti bergumam menirukan gumaman orang dewasa,
berulang-ulang menggoyangkan mainannya yang bergericik untuk kesenangannya
sendiri. Pada sub tahap ini, skema yang terbentuk oleh bayi merupakan skema
yang dibentuk tanpa sengaja.
d.
Koordinasi terhadap reaksi-reaksi
sirkuler sekunder (8-12 bulan)
Pada
sub tahap ini gerakan bayi lebih terarah, karena pada sub tahap ini, seorang
bayi harus mengkoordinasikan pandangan mata dan sentuhan tangannya. Skema yang
berkembang pada sub tahap ini sudah merupakan skema yang sengaja.
e.
Reaksi-reaksi sirkuler tersier,
kesenangan baru, dan keingintahuan (12-18 bulan)
Pada
sub tahap ini bayi mulai tertarik dengan berbagai objek dan keingintahuannya
besar terhadap objek tersebut. Reaksi sirkuler tersier merupakan skema dimana bayi sadar
mengeksplorasi berbagai kemungkinan bau terhadap benda-benda yang ada
disekitarnya (Santrock: 2007).
Pada
sub tahap inilah anak mulai menunjukkan keorisinilannya dalam memecahkan
masalah melalui trial and error
dimana anak mencoba berbagai cara atau tingkah laku untuk menemukan mana yang
terbaik untuk memecahkan masalahnya.
f.
Mental
Combination (18-24 bulan)
Pada
sub tahap ini, bayi mulai menggunakan simbol-simbol primitif. Contohnya Jenny sudah dapat bermain dengan shape box dan dapat menemukan lubang
yang cocok untuk memasukkan benda tersebut sebelum mencoba.
C.
Kemampuan Motorik Kasar dan Motorik Halus
Kemampuan motorik kasar
atau biasa disebut dengan istilah gross
motor skills merupakan kemampuan-kemampuan fisik seorang anak yang
melibatkan otot-otot kasarnya, seperti melompat, berlari, menaiki tangga, dan
sebagainya. Sebaliknya dengan kemampuan
motorik halus atau fine motor skills
merupakan kemampuan-kemampuan fisik anak yang melibatkan otot halusnya, seperti
memegang pensil dengan benar, mengancingkan baju, menggambar, dan sebaagainya.
Kemampuan motorik halus dibutuhkan
perhatian yang khusus agar dapat berkembang dengan baik.
D.
Perkembangan Artistik
Seiring
dengan perkembangan koordinasi kemampuan motorik dan kognitif anak, anak dapat
mengekspresikan dirinya melalui seni. Namun, akan ada perubahan pada setiap
pola gambar yang dibuat anak sejalan dengan bertambahnya usia si anak.
Berikut
ini merupakan bentuk umum dari tahapan perkembangan artistic anak. Anak usia 2
tahun dalam mewarnai pola gambar sudah mampu mencoret-coret (scribble
stage) tidak secara acak, namun telah mengikuti pola gambar dan dalam
menggambar anak usia 2 tahun sudah mampu menggambar pola berbentuk garis
vertical ataupun zig zag. Lalu anak
usia 3-4 tahun, sudah mampu menggambar bentuk (shape stage) seperti bulatan, kotak, segitiga, tanda silang, tanda
tambah, dan sebagainya dan juga sudah mampu mengombinasikan bentuk-bentuk
tersebut ke dalam sebuah desain (designs
stage). Usia 4-5 tahun, anak sudah mampu menggambar sesuatu yang lebih
kompleks lagi dengan menggabungkan berbagai macam desain dan betuk, tahap ini
disebut dengan pictorial stage.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Sensorimotorik
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, tampak bahwa
FM belum memasuki tahap sensorimotorik Piaget yang seharusnya terjadi pada
usianya, yaitu tahap mental combination.
Usia FM ini merupakan usia peralihan ke tahap praoperational. Pada substage mental combination, anak sudah mempunyai
kemampuan representasi yaitu kemampuan merepresentasikan objek dan kejadian
dalam memori melalui simbol seperti kata, angka, dan gambar. Anak dapat
berpikir sebelum melakukan dan tidak lagi menggunakan percobaan trial and error untuk memecahkan
masalah.
Dari hasil observasi yang diperoleh dengan memberikan
mainan shape box tampak bahwa FM
belum bisa menemukan lubang yang sesuai untuk bentuk benda. Hal ini
mengindikasikan bahwa FM belum dapat menggunakan kemampuan representasi mental
yang berarti bahwa FM belum memasuki substage mental combination.
Setelah diberikan berkali-kali contoh tentang cara
menemukan lubang yang sesuai untuk bentuk benda, FM masih mencoba satu persatu
lubang yang sesuai untuk benda. Kejadian ini menunjukkan bahwa FM masih berada
pada substage reaksi sirkuler tersier dengan menggunakan konsep trial and error.
Selama observasi berlangsung ada beberapa hal yang juga
dapat diamati yaitu proses adaptasi yang terjadi dan proses habituasi serta
dishabituasi.
Dari contoh yang diberikan tentang cara menemukan lubang
yang sesuai untuk benda terlihat bahwa FM mengalami dua konsep adaptasi, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi terjadi ketika observer memberikan
contoh dan meminta FM untuk mencobanya, FM masih memegang bangunan berbentuk
dengan cara yang sama sehingga bangunan tidak bisa masuk ke dalam lubang.
Ketika menyadari hal tersebut, FM mengubah cara memegang bangunan benda
tersebut sehingga ia berhasil memasukkan bangunan ke lubang dengan bantuan. Hal
ini merupakan proses akomodasi.
FM yang terus menerus bermain shape box mulai merasa bosan sehingga ia berhenti bermain dan
melempar mainannya. Proses ini disebut habituasi.
Namun setelah diberi gambar untuk diwarnai, FM menjadi bersemangat kembali
untuk bermain karena ia tertarik dengan gambar-gambar yang diberikan. Proses ini
disebut dishabituasi.
B.
Perkembangan
Artistik
Pada usia FM,
perkembangan artistik yang terjadi adalah artistik dengan cara scribble, yaitu sudah memiliki pola
namun belum memiliki bentuk. Dari gambar yang diwarnai oleh FM tampak bahwa FM
belum memasuki tahap scribble. FM
masih mewarnai secara acak dan belum dapat mengikuti pola gambar. Hasil gambar
FM akan ditampilkan pada lampiran dalam laporan ini.
Selain belum
dapat mewarnai sesuai pola gambar, FM juga belum dapat memegang pensil warna
dengan benar dan belum dapat menentukan tangan mana yang harus ia gunakan dalam
menggambar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus
FM masih dalam proses awal perkembangannya.
C.
Perkembangan
Berdasarkan Hasil Anamesa
Berdasarkan
hasil anamesa yang diperoleh dari NN, hal yang paling menonjol adalah perbedaan
kemampuan gross motor skills dan fine motor skill FM. FM termasuk anak yang memiliki kemampuan gross motor skills yang baik, karena
pada usianya yang baru mendekati dua tahun, FM sudah bisa melompat dengan satu
kaki dan menaiki tangga. Pada umumnya, aktivitas ini adalah aktivitas yang
dilakukan anak yang berusia tiga tahun.
FM berkembang
lebih baik di kemampuan gross motor
skills dibanding fine motor skills.
Hal ini terlihat dari aktivitas kasar, seperti melompat yang sangat baik namun
kemampuan menggambar yang masih perlu dilatih lagi.
Kemampuan bahasa FM juga masih kurang. Hal ini mungkin
disebabkan karena FM jarang bergaul dengan teman sebayanya dan hampir setiap
saat berada di rumah.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil observasi kelompok, dapat Kami simpulkan bahwa FM masih belum secara keseluruhan
berada pada tahap sensorimotorik sesuai dengan umurnya. Hal ini terlihat dari
beberapa kriteria tahapan sensorimotorik yang belum mampu FM selesaikan. Salah
satunya yaitu FM belum berada pada substage mental
combination dalam tahapan sensorimotorik, melainkan FM masih berada pada substage reaksi sirkuler tersier dengan menggunakan
konsep trial-and-error. Selanjutnya dari hasil observasi,
perkembangan FM pada proses adapatasi dengan dua konsep asimilasi dan akomodasi
serta proses habituasi dan dishabituasi sudah mampu dan sesuai dengan tahapan
umurnya.
Pada
perkembangan artistik, terlihat pula bahwa FM belum memasuki tahap scribble dan bahkan FM masih belum bisa
memegang pensil warna dengan benar.
Namun
FM memilki keunggulan lebih pada perkembangan gross motor skills-nya ketimbang fine motor skill, ini terlihat dari
kemampuan FM yang sudah mampu melakukan gross
motor skills yang dilakukan anak berusia tiga tahun sedangkan perkembangan
fine motor skill-nya seperti
menggambar dan mewarnai masih perlu dikembangkan lagi. Di samping itu,
perkembangan bahasa FM pun juga masih kurang.
B.
Saran
1.
Diharapkan para orang tua sedini mungkin
sudah memberikan pengenalan dan pemahaman kepada anak terhadap
permainan-permainan yang simple tetapi mampu mempengaruhi perkembangan dan
peningkatan potensi si Anak, baik itu seperti berbicara, pengenalan objek, mewarnai,
mecoret-coret/menggambar, permainan shape
box, mengelompokkan bola warna-warni, dan sebagainya.
2.
Anak-anak pada masa ini sangat mudah
melakukan imitasi, hal ini sudah sepatutnya menjadi masa emas bagi para orang
tua dalam membentuk dan mengembangkan potensi si Anak. Yang perlu dilakukan
orang tua cukup menunjukkan dan memperkenalkan hal-hal yang simple saja (tetapi
sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter si Anak) dan tidak
perlu memaksakan si Anak untuk menguasai segala halnya, karena harus tetap
sesuai dengan standar umur si Anak tersebut.
3.
Para orang tua diharapkan jangan terlalu
mengekang (over-protecting) dan
membatasi keingintahuan si Anak, karena pada masa ini Anak-anak akan sangat
suka mengeksplorasi hal-hal baru yang ia temui dan keingintahuannya sangat
kuat. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan fisiknya, kognitif dan juga
psikososialnya. Oleh sebab itu para orang tua cukup mengawasai dan mengontrol
agar si Anak tetap dalam penjagaan yang flexibel untuknya.
Minggu, 09 Juni 2013
Hasil Observasi Sekolah
Nama Kelompok Anggota : 1. Riska Andani Simargolang (12-012)
2.
Abdul Hakim (12-024)
3. Dika Lestari (12-022)
4. Maulidya Khairiyah
(12-026)
5. Carla Marsha (12-108)
Tugas :
Laporan Observasi Sekolah
Mata
kuliah : Psikologi Pendidikan
“LAPORAN
HASIL OBSERVASI”
A.
IDENTITAS SEKOLAH
1.
Nama Sekolah : MAN 2 Model
Medan
2.
Alamat Sekolah : Jalan Willem
Iskandar No. 7A Pancing
3.
Uang Sekolah : Unggulan : Rp.
285.000.00,-
Reguler
: Rp. 90.000.00,-
4.
Konsep E-learning : Offline:
Projector Untuk Tiap Kelas, Power Point,
Online
: Website Sekolah Dan Wifi
5.
Sejak Kapan
Digunakan : Sejak Tahun 2010
6.
Total siswa dalam
satu ruangan : 23 orang (P: 17 dan L: 6) di kelas X-2
B. URAIAN
AKTIVITAS OBSERVASI
1.
Hari Pelaksanaan : Sabtu
2.
Waktu Pelaksanaan : 1 Juni 2013, jam: 11.05
- 12.10
- Pak Pandapotan
4.
Metode : Observasi,
Kuesioner dan Wawancara
C. LAPORAN HASIL
OBSERVASI
I.
PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan sedang menggonjang-ganjingkan
sistem belajar dengan menggunakan e-learning.
Dimana banyak sekali manfaat dari e-learning
itu sendiri ini secara teorinya. Namun, bukan berarti e-learning tidak memiliki dampak yang negatif, pasti ada. Semua
tergantung pihak pengajar dalam memantau para siswanya dalam penggunaan e-learning tersebut.
Seberapa efektifkah e-learning
untuk digunakan di dunia pendidikan? Seberapa siapkah pengajar dalam memantau
kegiatan anak didiknya? Seberapa banyakkah dampak negative yang dari penggunaan
e-learning? Dengan membawa
pertanyaan-pertanyaan tersebut kelompok melakukan observasi ke sekolah yang
telah menggunakan e-learning. Dan
akan dibahas lebih lanjut di dalam laporan ini.
II.
LANDASAN TEORI
Murid-murid
dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika orang tua
dan kakek mereka masih menjadi murid. Jika murid ingin siap kerja, teknologi
harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran di kelas (Earle, 2002;
Geisert & Futrell, 2000; Sharp, 2002). Ada empat unsur yang kami gunakan sebagai
landasan dari observasi sekolah mengenai e-
learning yang telah kami lakukan, diantaranya adalah :
A. Teori
Belajar
Pembelajaran (learning) merupakan pengaruh yang
relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman. Terdapat dua pendekatan untuk pembelajaran yang
kami jadikan landasan pada teori belajar dalam pembahasan e-learning ini, yaitu
Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif Sosial. Behaviorisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Pengkondisian Klasik (Classical
Conditioning) dan Pengkondisian Operan (Operant
Conditioning). Pengkondisian klasik dan operan menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning). Pengkondisian
klasik itu sendiri merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus
netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan
untuk mengeluarkan respons yang serupa, sedangkan pengkondisian operan
merupakan bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diulangi. Hukum efek
(law effect) Thorndike menyatakan
bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa
perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Sedangkan pengkondisian
operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme
Skinner (1938).
Teori Kognitif Sosial (social
cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial
mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Proses
pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan
pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga disebut
imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain.
B. Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan
prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan
cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula, terdapat 4
perspektif, yaitu: Behavioral, humanistis, kognitif dan sosial.
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif sendidri adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi prilaku
murid, pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah
minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarhakan perhatian pada perilaku
yang tepat dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat ( emmer, dkk ;
2000).
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan abraham maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran muridlah yang akan
memandu motivasi mereka sendiri. Perspektif ini juga menekankan arti penting
dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan
(Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001)
Perspektif sosial menekankan kepada kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan kepada orang lain secara aman,
kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
waktu bersama teman, kawan dekat, ketertarikan mereka dengan orang tua, dan
keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Bentuk motivasi ada dua yaitu :
Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi ssuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri),
sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
Carol Dweck dan rekannya
(Dweck, 2002., Henderson dan Dweck, 1990., Dweck dan Leggett, 1988) telah
menemukan bahwa anak menunjukkan dua respon yang berbeda terhadap tantangan
atau situasi yang sulit, yaitu : orientasi untuk menguasai (mastery orientation), orientasi tak
berdaya (helpless orientation). Anak
dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan
mereka, punya sikap positif dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang
meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan anak dengan orientasi tak berdaya
berfokus pada ketidakmampuan pada personal mereka, seringkali mereka
mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap
negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).
Teori Mc.Celland mengenai
hal-hal yang memotivasi seseorang, yaitu : Kebutuhan akan prestasi (Need for
Achievement = n.Ach), Kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation = n.Aff),
dan Kebutuhan akan kekuatan (Need fo Power = n.Pow).
C. Orientasi
Belajar
Orientasi belajar yang Kami
bahas pada observasi e-learning ini
adalah Pendekatan Teacher Centered
Learninga (TCL), dan Pendekatan Student
Centered Learning (SCL). Banyak strategi TCL merefleksikan instruksi
langsung. Instruksi langsung (direct
instruction) itu sendiri merupakan pendekatan TCL yang terstruktur yang
dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas
kemajuan murid, meksimalkan waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas
akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap
murid (Joyce & Weil, 1996). Tujuan penting dari instruksi langsung adalah
memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2000). Menurut Hall: 2006, SCL
adalah tentang membantu siswa menemukan gaya belajarnya sendiri, memahami
motivasi dan menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Hal
tersbeut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka.
Lea, Stephenson, dan Troy (2003
dalam O’Neill & McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu
bahwa SCL mencakup : ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap
belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggung jawab di pihak siswa,
meningkatnya perasaan otonomi pada pembelajaran, saling ketergantungan antara
guru dan siswa. SCL lebih merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru. Pembelajaran berbasis problem
adalah pendekatan learned-centered.
Dalam pembelejaran berbasis problem , perencanaan dan instruksinya sangat
berbeda dengan pendekatan TCL. Pembelajaran berbasis problem menekankan pada
pemecahan masalah/problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan
emmberi problem rill/nyata kepada murid, yakni problem yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997).
D. Manajemen
Kelas
Manajemen kelas merupakan
bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui
perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik,
pemberian materi pelajaran yang lebih baik dan interaksi guru-siswa yang lebih
baik.
Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu
untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada
tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Terdapat empat prinsip dasar
dalam penataan kelas (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003): kepadatan di
tempat lalu-lalang dikurangi, pengajar dapat dengan mudah melihat seluruh
murid, materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses, murid
dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Terdapat pula gaya penataan
kelas standar yang paling mendukung aktivitas tertentu (seluruh kelas, kelompok
kecil, tugas individual, dan lain-lain), yaitu : gaya auditorium (semua murid
menghadap guru), gaya tatap muka (murid saling menghadap), gaya off-set
(sejumlah murid biasanya tiga atau empat duduk di bangku tapi tidak berhadapan
langsung satu sama lain), gaya seminar (10 atau lebih murid duduk disusun
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U), gaya klaster (4-8 murid
bekerja dalam kelompok kecil).
Santrcok (2004) menjelaskan strategi
umum dalam gaya manajemen kelas, yaitu : gaya manajeman kelas otoritatif, gaya
manajeman kelas otoritarian, gaya manajeman kelas yang permisif. gaya manajeman
kelas otoritatif berasal dari gaya parenting
menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif melibatkan murid
dalam kerja sama give and take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan
menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Gaya manajeman kelas
otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah
menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru
otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan
percakapan dengan mereka. Muridnya pun cenderung pasif, tidak mau membuat
insiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial,
dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Sedangkan gaya manajeman kelas
permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan
untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
Tidak heran murid di kelas permisif cenderung memiliki keahlian akademik yang
tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
III.
OBJEK OBSERVASI
Adapun
objek observasi bersentuhan dengan topik pembahasan: Teori Belajar, Motivasi,
Orientasi Belajar, dan Manajemen Kelas.
A.
Teori Belajar
Pada
topik teori belajar yang kami tekankan, yaitu: teori behaviorisme dan teori
kognitif sosial.
B.
Motivasi
Pada
topik motivasi kami menekankan pada perspektif dari motivasi, yaitu :
perspektif behavioral, perspektif humanistis, perspektif kogniti, dan
perspektif sosial. Selain itu, juga bentuk dari motivasi itu sendiri, yakni
apakah murid tersebut memiliki motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik. Dan
Kami melihat kepada orientasi motivasi, apakah dari hasil observasi murid
memiliki orientasi untuk menguasai atau orientasi untuk tidak berdaya.
C.
Orientasi Belajar
Pada
topik orientasi belajar ini terdapat dua pembagian, yaitu apakah sistem
pengajaran di kelas mempergunakan sistem TCL atau SCL. Dengan membandingkan
karakteristik dari TCL maupun SCL yang lebih dominan dan lebih sering
dipergunakan dalam kelas tersebut.
D.
Manajamen Kelas
Pada topik manajemen kelas Kami fokus pada desain kelas, fisik
kelas, dan gaya manajemen kelas. Dimana pada desain kelas kami melihat pada
prinsip penataan kelasnya dan gaya penataan bangku seluruh siswa. Prinsip penataan
kelas ini terdiri atas: kepadatan tempat lalu lalang, pengajar mudah melihat
seluruh siswa, materi pengajaran dan perlengkapan mudah diakses, dan murid
mudah melihat seluruh presentasi. Sedangkan pada gaya pentaan kelas (struktur
bangku siswa), kami melihat apakah pada kelas tersebut lebih mengarah ke gaya
penataan yang bagaimana. Apakah itu auditorium, tatap muka, off-set, seminar,
atau klaster. Dan pada bagian gaya manajemen kelas, kami menilai apakah kelas
tersebut menggunakan gaya manajemen otoritatif, otoritarian, atau permisif.
IV.
JADWAL PELAKSANAAN
Sabtu, 1 Juni 2013 pukul 10.45 WIB
V.
PELAKSANAAN
Jam
|
Kegiatan yang
Dilakukan
|
09.00 – 10.45
|
Stand by dan melakukan sosialisasi dengan guru
|
10.45 – 12.00
|
Observasi dengan metode non – partisipan
|
12.00 – 12.15
|
Pembagian kuesioner
|
12.15 – 12.30
|
Wawancara
|
VI.
LAPORAN PENELITIAN
Sekolah
sudah menetapkan e-learning secara online juga secara offline. Anak didik kelas X-2 di MAN 2 Model Medan mengaku bahwa
dengan diadakannya e-learning di
sekolah mereka tersebut sangat membantu mereka dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, anak didik juga memiliki motivasi yang cukup baik karena mereka
terlihat sangat antusias dengan mata pelajaran yang disampaikan sehingga
penerapan e-learning di MAN 2 Model
Medan sudah efektif. Namun, mereka mengatakan hambatan yang paling utama yang
mereka terima dengan metode e-learning
ini adalah jika arus listrik padam.
Jika
dilihat dari manajemen kelasnya, meja dan kursi ditata standard dengan model
auditorium, kelas terlihat bersih, di bagian belakang kelas terdapat deretan locker penyimpanan barang-barang para
anak didik, dan di sudut kiri depan kelas terdapat lemari hias. Kelas yang
sangat nyaman untuk belajar. Dari keterangan Pak Pandapotan, kelompok
memperoleh informasi bahwa setiap kelas di MAN 2 Model Medan telah dipasang
proyektor dan layarnya secara permanen.
VII.
EVALUASI
Sekolah harusnya lebih konsisten dalam penerapan e-learning ini. Karena walaupun sudah
hampir seluruh mata pelajaran menggunakan e-learning
offline namun kurang menekankan pada e-learning
online, dengan tidak dilengkapinya website
sekolah dengan bahan ajar yang di-upload
ke website. Selain itu banyak
pelajaran yang membutuhkan pengaplikasian dalam bidang visual namun tidak
difasilitasi oleh guru yang mengajar dengan penggunaan power point.
Rangkuman Hasil Observasi
A.
Kelompok
Penggunaan konsep e-learning
di MAN 2 Model Medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini memudahkan siswa untuk
memahami mata pelajaran yang menitikberatkan pada aplikasi pemahaman audio
visual seperti bahasa inggris, kimia, biologi dan lain sebagainya. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan
power point melalui sebuah projector yang telah disediakan di masing –
masing kelas. Motivasi siwa kelas unggulan X-2 MAN
2 Model Medan tergolong tinggi, dikarenakan siswa memberi perhatian pada
kelas dan sangat tertib akan tetapi motivasi ekstrinsik mereka yang lebih
menonjol. Selain itu, motivasi siswa di kelas lebih mengarah pada perspektif
behavioral dan humanistis. Orientasi belajar sekolah menggunakan model SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning), dimana siswa
juga berperan dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, namun
pada sebagian mata pelajaran lainnya guru masih ada yang menerapkan orientasi
belajar TCL. Manajemen kelas sangat baik dan efektif, gaya penataan ruangan
yang digunakan yaitu gaya auditorium dan gaya manajmen kelas menggunakan gaya
otoritatif. Teori belajar yang digunakan berupa teori kognitif sosial.
B.
Pribadi
E-learning
yang
digunakan di MAN 2 Model Medan sudah efektif. Hal ini ditinjau dari hasil
quisioner yang kami berikan pada siswa/i kelas X-2 dimana mereka menyatakan
bahwa penggunaan e-learning di
sekolah mereka sangat membantu mereka dalam belajar, hanya saja akan terhambat
jika listrik padam baik e-learning secara offline maupun online.
Orientasi belajar yang paling sering
diterapkan adalah orientasi belajar SCL, walaupun masih ada beberapa mata
pelajaran yang menerapkan orientasi belajar TCL. Hal ini diperkuat dari hasil
quisioner yang kami berikan dimana para anak didik sering menggunakan e-learning secara offline (proyektor) untuk
berdiskusi dan presentasi.
Jika ditinjau dari motivasi para anak
didik, mereka memiliki moivasi yang cukup baik untuk belajar. Hal ini terlihat
dari ketertiban mereka dalam memerhatikan dan mendengarkan guru di depan kelas.
Berbanding lurus dengan itu, manajemen kelas mereka juga sangat baik dengan
penataan kursi dan meja bertipe auditorium, kelas yang bersih, sehingga
terciptalah kenyamanan dalam belajar dimana hal ini juga berpengaruh dalam
membangkitkan motivai para anak didik dalam belajar.
A.
Kelompok
Penggunaan konsep e-learning
di MAN 2 Model Medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini memudahkan siswa untuk
memahami mata pelajaran yang menitikberatkan pada aplikasi pemahaman audio
visual seperti bahasa inggris, kimia, biologi dan lain sebagainya. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan
power point melalui sebuah projector yang telah disediakan di masing –
masing kelas. Motivasi siwa kelas unggulan X-2 MAN
2 Model Medan tergolong tinggi, dikarenakan siswa memberi perhatian pada
kelas dan sangat tertib akan tetapi motivasi ekstrinsik mereka yang lebih
menonjol. Selain itu, motivasi siswa di kelas lebih mengarah pada perspektif
behavioral dan humanistis. Orientasi belajar sekolah menggunakan model SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning), dimana siswa
juga berperan dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, namun
pada sebagian mata pelajaran lainnya guru masih ada yang menerapkan orientasi
belajar TCL. Manajemen kelas sangat baik dan efektif, gaya penataan ruangan
yang digunakan yaitu gaya auditorium dan gaya manajmen kelas menggunakan gaya
otoritatif. Teori belajar yang digunakan berupa teori kognitif sosial.
B.
Pribadi
· Riska Andani Simargolang (12-012)
Observasi ini adalah observasi yang pertama
kali saya lakukan semenjak menjalani study di Fakultas Psikologi USU, rasanya
deg;deg kan tapi ini benar-benar memberi pengalaman yang sangat berharga buat
saya, dimana saya bisa berinteraksi secara langsung dengan siswa(i) yang
bersekolah di MAN 2 MODEL MEDAN, saya sangat senang berkesempatan untuk
mengobservasi sekolah tersebut. Testimoni saya untuk MAN 2 MODEL MEDAN adalah,
sebaiknya konsep e-learning dan sistem SCL lebih diperhatikan dan di terapkan
dalam proses pembelajaran.
· Dika Lestari (12-022)
Pada observasi sekolah yang pertama sekali untuk saya, hal ini
memberikan pengalaman yang berharga. Karena dari teori yang sudah saya pelajari
pada mata kuliah psikologi pendidikan, maka di sinilah saya benar-benar bisa
mengaplikasikan dan mengetahui dengan jelas contoh real dari teori yang ada.
Testimoni saya untuk Man 2 Model Medan, hendaknya fasilitas e-learning dan sistem SCL lebih
diaplikasikan secara berkesinambungan dan merata pada seluruh kelas di Man 2.
Berhubung pada saat observasi Kami berkesempatan mengobservasi kelas unggulan
jadi jelas terlihat bahwa fasilitas yang disediakan sekolah sangat memadai dan
efektif. Dengan kapasitas murid kelas unggulan yang tidak lebih dari 25. Dan
untuk kelas reguler kapasitasnya tidak lebih dari 35 dan projector pun sudah
ada di setiap kelas.
· Abdul Hakim Lubis (12-024)
Menurut saya, sistem e-learning nya sudah cukup bagus dan juga
sistem pengajarannya. Hanya perlu dimaksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga
harus melihat bagaimana cara para siswanya belajar agar siswa lebih mudah dan
baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
· Maulidya Khairiyah (12-026)
Dari hasil pengamatan saya pribadi e-learning yang difasilitasi oleh sekolah untuk para anak didiknya
baik yang offline maupun online telah banyak membantu proses
belajar mengajar yang terjadi di MAN 2 Model Medan. Dari pengamatan tersebut
dan dari pengakuan para anak didik pula saya dapat menyimpulkan bahwa e-learning di MAN 2 Model Medan tersebut
telah berjalan cukup efektif.
· Carla Marsha (12-108)
Menurut saya siswa disekolah sangat antusias dengan e – learning ini. Selain itu sekolah
juga memfasilitasii dengan baik. Siswa diberikan individual table, individual
locker dan lain – lain sehingga turut membantu murid untuk menyimpan gadget
yang akan mereka gunakan saat menjalankan e
– learning.
Selain itu, observasi ini sangat berguna untuk mengasah
daya analisa kita terhadap suatu fenomena real dengan berpedoman pada teori
yang sudah ada. Sehingga menurut saya sangat berguna.
Langganan:
Postingan (Atom)