Nama Kelompok Anggota : 1. Riska Andani Simargolang (12-012)
2.
Abdul Hakim (12-024)
3. Dika Lestari (12-022)
4. Maulidya Khairiyah
(12-026)
5. Carla Marsha (12-108)
Tugas :
Laporan Observasi Sekolah
Mata
kuliah : Psikologi Pendidikan
“LAPORAN
HASIL OBSERVASI”
A.
IDENTITAS SEKOLAH
1.
Nama Sekolah : MAN 2 Model
Medan
2.
Alamat Sekolah : Jalan Willem
Iskandar No. 7A Pancing
3.
Uang Sekolah : Unggulan : Rp.
285.000.00,-
Reguler
: Rp. 90.000.00,-
4.
Konsep E-learning : Offline:
Projector Untuk Tiap Kelas, Power Point,
Online
: Website Sekolah Dan Wifi
5.
Sejak Kapan
Digunakan : Sejak Tahun 2010
6.
Total siswa dalam
satu ruangan : 23 orang (P: 17 dan L: 6) di kelas X-2
B. URAIAN
AKTIVITAS OBSERVASI
1.
Hari Pelaksanaan : Sabtu
2.
Waktu Pelaksanaan : 1 Juni 2013, jam: 11.05
- 12.10
- Pak Pandapotan
4.
Metode : Observasi,
Kuesioner dan Wawancara
C. LAPORAN HASIL
OBSERVASI
I.
PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan sedang menggonjang-ganjingkan
sistem belajar dengan menggunakan e-learning.
Dimana banyak sekali manfaat dari e-learning
itu sendiri ini secara teorinya. Namun, bukan berarti e-learning tidak memiliki dampak yang negatif, pasti ada. Semua
tergantung pihak pengajar dalam memantau para siswanya dalam penggunaan e-learning tersebut.
Seberapa efektifkah e-learning
untuk digunakan di dunia pendidikan? Seberapa siapkah pengajar dalam memantau
kegiatan anak didiknya? Seberapa banyakkah dampak negative yang dari penggunaan
e-learning? Dengan membawa
pertanyaan-pertanyaan tersebut kelompok melakukan observasi ke sekolah yang
telah menggunakan e-learning. Dan
akan dibahas lebih lanjut di dalam laporan ini.
II.
LANDASAN TEORI
Murid-murid
dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika orang tua
dan kakek mereka masih menjadi murid. Jika murid ingin siap kerja, teknologi
harus menjadi bagian integral dari sekolah dan pelajaran di kelas (Earle, 2002;
Geisert & Futrell, 2000; Sharp, 2002). Ada empat unsur yang kami gunakan sebagai
landasan dari observasi sekolah mengenai e-
learning yang telah kami lakukan, diantaranya adalah :
A. Teori
Belajar
Pembelajaran (learning) merupakan pengaruh yang
relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman. Terdapat dua pendekatan untuk pembelajaran yang
kami jadikan landasan pada teori belajar dalam pembahasan e-learning ini, yaitu
Teori Behaviorisme dan Teori Kognitif Sosial. Behaviorisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa perilaku
harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses
mental. Pendekatan behavioral untuk pembelajaran ini terbagi menjadi dua, yaitu:
Pengkondisian Klasik (Classical
Conditioning) dan Pengkondisian Operan (Operant
Conditioning). Pengkondisian klasik dan operan menekankan pada pembelajaran asosiatif (associative learning). Pengkondisian
klasik itu sendiri merupakan bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus
netral diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan memunculkan kemampuan
untuk mengeluarkan respons yang serupa, sedangkan pengkondisian operan
merupakan bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan pada kemungkinan perilaku yang akan diulangi. Hukum efek
(law effect) Thorndike menyatakan
bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa
perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Sedangkan pengkondisian
operan, di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme
Skinner (1938).
Teori Kognitif Sosial (social
cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif
mungkin berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial
mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Proses
pembelajaran yang berkontribusi pada teori kognitif sosial ini merupakan
pembelajaran observasional. Pembelajaran Observasional disebut juga disebut
imitasi atau modelling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain.
B. Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberikan semangat, arah dan kegigihan
prilaku. Artinya, prilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Perspektif psikologi menjelaskan motivasi dengan
cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula, terdapat 4
perspektif, yaitu: Behavioral, humanistis, kognitif dan sosial.
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif sendidri adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi prilaku
murid, pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah
minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarhakan perhatian pada perilaku
yang tepat dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat ( emmer, dkk ;
2000).
Perspektif humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk
mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini
berkaitan erat dengan pandangan abraham maslow, bahwa kebutuhan dasar tertentu
harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Perspektif kognitif menekankan bahwa pemikiran muridlah yang akan
memandu motivasi mereka sendiri. Perspektif ini juga menekankan arti penting
dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan
(Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001)
Perspektif sosial menekankan kepada kebutuhan afiliasi atau
keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan kepada orang lain secara aman,
kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
waktu bersama teman, kawan dekat, ketertarikan mereka dengan orang tua, dan
keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Bentuk motivasi ada dua yaitu :
Motivasi Instrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi
internal untuk melakukan sesuatu demi ssuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri),
sedangkan Motivasi Ekstrinsik adalah
melakukan sesuatu untuk medapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan), motivasi ini sering juga dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti punishment dan reward.
Carol Dweck dan rekannya
(Dweck, 2002., Henderson dan Dweck, 1990., Dweck dan Leggett, 1988) telah
menemukan bahwa anak menunjukkan dua respon yang berbeda terhadap tantangan
atau situasi yang sulit, yaitu : orientasi untuk menguasai (mastery orientation), orientasi tak
berdaya (helpless orientation). Anak
dengan orientasi untuk menguasai akan fokus pada tugas ketimbang pada kemampuan
mereka, punya sikap positif dan menciptakan strategi berorientasi solusi yang
meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan anak dengan orientasi tak berdaya
berfokus pada ketidakmampuan pada personal mereka, seringkali mereka
mengatributkan kesulitan mereka pada kurangnya kemampuan, dan menunjukkan sikap
negatif (termasuk kejemuan dan kecemasan).
Teori Mc.Celland mengenai
hal-hal yang memotivasi seseorang, yaitu : Kebutuhan akan prestasi (Need for
Achievement = n.Ach), Kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation = n.Aff),
dan Kebutuhan akan kekuatan (Need fo Power = n.Pow).
C. Orientasi
Belajar
Orientasi belajar yang Kami
bahas pada observasi e-learning ini
adalah Pendekatan Teacher Centered
Learninga (TCL), dan Pendekatan Student
Centered Learning (SCL). Banyak strategi TCL merefleksikan instruksi
langsung. Instruksi langsung (direct
instruction) itu sendiri merupakan pendekatan TCL yang terstruktur yang
dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas
kemajuan murid, meksimalkan waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas
akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap
murid (Joyce & Weil, 1996). Tujuan penting dari instruksi langsung adalah
memaksimalkan waktu belajar murid (Stevenson, 2000). Menurut Hall: 2006, SCL
adalah tentang membantu siswa menemukan gaya belajarnya sendiri, memahami
motivasi dan menguasai keterampilan belajar yang paling sesuai bagi mereka. Hal
tersbeut akan sangat berharga dan bermanfaat sepanjang hidup mereka.
Lea, Stephenson, dan Troy (2003
dalam O’Neill & McMahon, 2005) mendefinisikan SCL secara lebih luas yaitu
bahwa SCL mencakup : ketergantungan terhadap belajar aktif, penekanan terhadap
belajar secara mendalam, pemahaman, meningkatnya tanggung jawab di pihak siswa,
meningkatnya perasaan otonomi pada pembelajaran, saling ketergantungan antara
guru dan siswa. SCL lebih merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
refleksif baik bagi pihak siswa maupun guru. Pembelajaran berbasis problem
adalah pendekatan learned-centered.
Dalam pembelejaran berbasis problem , perencanaan dan instruksinya sangat
berbeda dengan pendekatan TCL. Pembelajaran berbasis problem menekankan pada
pemecahan masalah/problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan
emmberi problem rill/nyata kepada murid, yakni problem yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari (Jones, Rasmussen, & Moffitt, 1997).
D. Manajemen
Kelas
Manajemen kelas merupakan
bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui
perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik,
pemberian materi pelajaran yang lebih baik dan interaksi guru-siswa yang lebih
baik.
Manajemen kelas yang efektif
mempunyai dua tujuan, yaitu: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu
untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada
tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Terdapat empat prinsip dasar
dalam penataan kelas (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003): kepadatan di
tempat lalu-lalang dikurangi, pengajar dapat dengan mudah melihat seluruh
murid, materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses, murid
dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.
Terdapat pula gaya penataan
kelas standar yang paling mendukung aktivitas tertentu (seluruh kelas, kelompok
kecil, tugas individual, dan lain-lain), yaitu : gaya auditorium (semua murid
menghadap guru), gaya tatap muka (murid saling menghadap), gaya off-set
(sejumlah murid biasanya tiga atau empat duduk di bangku tapi tidak berhadapan
langsung satu sama lain), gaya seminar (10 atau lebih murid duduk disusun
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U), gaya klaster (4-8 murid
bekerja dalam kelompok kecil).
Santrcok (2004) menjelaskan strategi
umum dalam gaya manajemen kelas, yaitu : gaya manajeman kelas otoritatif, gaya
manajeman kelas otoritarian, gaya manajeman kelas yang permisif. gaya manajeman
kelas otoritatif berasal dari gaya parenting
menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif melibatkan murid
dalam kerja sama give and take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan
menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
Gaya manajeman kelas
otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah
menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru
otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan
percakapan dengan mereka. Muridnya pun cenderung pasif, tidak mau membuat
insiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial,
dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
Sedangkan gaya manajeman kelas
permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan
untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
Tidak heran murid di kelas permisif cenderung memiliki keahlian akademik yang
tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
III.
OBJEK OBSERVASI
Adapun
objek observasi bersentuhan dengan topik pembahasan: Teori Belajar, Motivasi,
Orientasi Belajar, dan Manajemen Kelas.
A.
Teori Belajar
Pada
topik teori belajar yang kami tekankan, yaitu: teori behaviorisme dan teori
kognitif sosial.
B.
Motivasi
Pada
topik motivasi kami menekankan pada perspektif dari motivasi, yaitu :
perspektif behavioral, perspektif humanistis, perspektif kogniti, dan
perspektif sosial. Selain itu, juga bentuk dari motivasi itu sendiri, yakni
apakah murid tersebut memiliki motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik. Dan
Kami melihat kepada orientasi motivasi, apakah dari hasil observasi murid
memiliki orientasi untuk menguasai atau orientasi untuk tidak berdaya.
C.
Orientasi Belajar
Pada
topik orientasi belajar ini terdapat dua pembagian, yaitu apakah sistem
pengajaran di kelas mempergunakan sistem TCL atau SCL. Dengan membandingkan
karakteristik dari TCL maupun SCL yang lebih dominan dan lebih sering
dipergunakan dalam kelas tersebut.
D.
Manajamen Kelas
Pada topik manajemen kelas Kami fokus pada desain kelas, fisik
kelas, dan gaya manajemen kelas. Dimana pada desain kelas kami melihat pada
prinsip penataan kelasnya dan gaya penataan bangku seluruh siswa. Prinsip penataan
kelas ini terdiri atas: kepadatan tempat lalu lalang, pengajar mudah melihat
seluruh siswa, materi pengajaran dan perlengkapan mudah diakses, dan murid
mudah melihat seluruh presentasi. Sedangkan pada gaya pentaan kelas (struktur
bangku siswa), kami melihat apakah pada kelas tersebut lebih mengarah ke gaya
penataan yang bagaimana. Apakah itu auditorium, tatap muka, off-set, seminar,
atau klaster. Dan pada bagian gaya manajemen kelas, kami menilai apakah kelas
tersebut menggunakan gaya manajemen otoritatif, otoritarian, atau permisif.
IV.
JADWAL PELAKSANAAN
Sabtu, 1 Juni 2013 pukul 10.45 WIB
V.
PELAKSANAAN
Jam
|
Kegiatan yang
Dilakukan
|
09.00 – 10.45
|
Stand by dan melakukan sosialisasi dengan guru
|
10.45 – 12.00
|
Observasi dengan metode non – partisipan
|
12.00 – 12.15
|
Pembagian kuesioner
|
12.15 – 12.30
|
Wawancara
|
VI.
LAPORAN PENELITIAN
Sekolah
sudah menetapkan e-learning secara online juga secara offline. Anak didik kelas X-2 di MAN 2 Model Medan mengaku bahwa
dengan diadakannya e-learning di
sekolah mereka tersebut sangat membantu mereka dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, anak didik juga memiliki motivasi yang cukup baik karena mereka
terlihat sangat antusias dengan mata pelajaran yang disampaikan sehingga
penerapan e-learning di MAN 2 Model
Medan sudah efektif. Namun, mereka mengatakan hambatan yang paling utama yang
mereka terima dengan metode e-learning
ini adalah jika arus listrik padam.
Jika
dilihat dari manajemen kelasnya, meja dan kursi ditata standard dengan model
auditorium, kelas terlihat bersih, di bagian belakang kelas terdapat deretan locker penyimpanan barang-barang para
anak didik, dan di sudut kiri depan kelas terdapat lemari hias. Kelas yang
sangat nyaman untuk belajar. Dari keterangan Pak Pandapotan, kelompok
memperoleh informasi bahwa setiap kelas di MAN 2 Model Medan telah dipasang
proyektor dan layarnya secara permanen.
VII.
EVALUASI
Sekolah harusnya lebih konsisten dalam penerapan e-learning ini. Karena walaupun sudah
hampir seluruh mata pelajaran menggunakan e-learning
offline namun kurang menekankan pada e-learning
online, dengan tidak dilengkapinya website
sekolah dengan bahan ajar yang di-upload
ke website. Selain itu banyak
pelajaran yang membutuhkan pengaplikasian dalam bidang visual namun tidak
difasilitasi oleh guru yang mengajar dengan penggunaan power point.
Rangkuman Hasil Observasi
A.
Kelompok
Penggunaan konsep e-learning
di MAN 2 Model Medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini memudahkan siswa untuk
memahami mata pelajaran yang menitikberatkan pada aplikasi pemahaman audio
visual seperti bahasa inggris, kimia, biologi dan lain sebagainya. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan
power point melalui sebuah projector yang telah disediakan di masing –
masing kelas. Motivasi siwa kelas unggulan X-2 MAN
2 Model Medan tergolong tinggi, dikarenakan siswa memberi perhatian pada
kelas dan sangat tertib akan tetapi motivasi ekstrinsik mereka yang lebih
menonjol. Selain itu, motivasi siswa di kelas lebih mengarah pada perspektif
behavioral dan humanistis. Orientasi belajar sekolah menggunakan model SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning), dimana siswa
juga berperan dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, namun
pada sebagian mata pelajaran lainnya guru masih ada yang menerapkan orientasi
belajar TCL. Manajemen kelas sangat baik dan efektif, gaya penataan ruangan
yang digunakan yaitu gaya auditorium dan gaya manajmen kelas menggunakan gaya
otoritatif. Teori belajar yang digunakan berupa teori kognitif sosial.
B.
Pribadi
E-learning
yang
digunakan di MAN 2 Model Medan sudah efektif. Hal ini ditinjau dari hasil
quisioner yang kami berikan pada siswa/i kelas X-2 dimana mereka menyatakan
bahwa penggunaan e-learning di
sekolah mereka sangat membantu mereka dalam belajar, hanya saja akan terhambat
jika listrik padam baik e-learning secara offline maupun online.
Orientasi belajar yang paling sering
diterapkan adalah orientasi belajar SCL, walaupun masih ada beberapa mata
pelajaran yang menerapkan orientasi belajar TCL. Hal ini diperkuat dari hasil
quisioner yang kami berikan dimana para anak didik sering menggunakan e-learning secara offline (proyektor) untuk
berdiskusi dan presentasi.
Jika ditinjau dari motivasi para anak
didik, mereka memiliki moivasi yang cukup baik untuk belajar. Hal ini terlihat
dari ketertiban mereka dalam memerhatikan dan mendengarkan guru di depan kelas.
Berbanding lurus dengan itu, manajemen kelas mereka juga sangat baik dengan
penataan kursi dan meja bertipe auditorium, kelas yang bersih, sehingga
terciptalah kenyamanan dalam belajar dimana hal ini juga berpengaruh dalam
membangkitkan motivai para anak didik dalam belajar.
A.
Kelompok
Penggunaan konsep e-learning
di MAN 2 Model Medan telah dilakukan sejak tahun 2010. Metode pembelajaran e-learning ini memudahkan siswa untuk
memahami mata pelajaran yang menitikberatkan pada aplikasi pemahaman audio
visual seperti bahasa inggris, kimia, biologi dan lain sebagainya. Konsep
e-learning yang digunakan di sekolah tersebut merupakan e-learning dengan program offline berupa pembelajaran menggunakan
power point melalui sebuah projector yang telah disediakan di masing –
masing kelas. Motivasi siwa kelas unggulan X-2 MAN
2 Model Medan tergolong tinggi, dikarenakan siswa memberi perhatian pada
kelas dan sangat tertib akan tetapi motivasi ekstrinsik mereka yang lebih
menonjol. Selain itu, motivasi siswa di kelas lebih mengarah pada perspektif
behavioral dan humanistis. Orientasi belajar sekolah menggunakan model SCL (Student Centered Learning) dan TCL (Teacher Centered Learning), dimana siswa
juga berperan dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, namun
pada sebagian mata pelajaran lainnya guru masih ada yang menerapkan orientasi
belajar TCL. Manajemen kelas sangat baik dan efektif, gaya penataan ruangan
yang digunakan yaitu gaya auditorium dan gaya manajmen kelas menggunakan gaya
otoritatif. Teori belajar yang digunakan berupa teori kognitif sosial.
B.
Pribadi
· Riska Andani Simargolang (12-012)
Observasi ini adalah observasi yang pertama
kali saya lakukan semenjak menjalani study di Fakultas Psikologi USU, rasanya
deg;deg kan tapi ini benar-benar memberi pengalaman yang sangat berharga buat
saya, dimana saya bisa berinteraksi secara langsung dengan siswa(i) yang
bersekolah di MAN 2 MODEL MEDAN, saya sangat senang berkesempatan untuk
mengobservasi sekolah tersebut. Testimoni saya untuk MAN 2 MODEL MEDAN adalah,
sebaiknya konsep e-learning dan sistem SCL lebih diperhatikan dan di terapkan
dalam proses pembelajaran.
· Dika Lestari (12-022)
Pada observasi sekolah yang pertama sekali untuk saya, hal ini
memberikan pengalaman yang berharga. Karena dari teori yang sudah saya pelajari
pada mata kuliah psikologi pendidikan, maka di sinilah saya benar-benar bisa
mengaplikasikan dan mengetahui dengan jelas contoh real dari teori yang ada.
Testimoni saya untuk Man 2 Model Medan, hendaknya fasilitas e-learning dan sistem SCL lebih
diaplikasikan secara berkesinambungan dan merata pada seluruh kelas di Man 2.
Berhubung pada saat observasi Kami berkesempatan mengobservasi kelas unggulan
jadi jelas terlihat bahwa fasilitas yang disediakan sekolah sangat memadai dan
efektif. Dengan kapasitas murid kelas unggulan yang tidak lebih dari 25. Dan
untuk kelas reguler kapasitasnya tidak lebih dari 35 dan projector pun sudah
ada di setiap kelas.
· Abdul Hakim Lubis (12-024)
Menurut saya, sistem e-learning nya sudah cukup bagus dan juga
sistem pengajarannya. Hanya perlu dimaksimalkan saja. Selain itu, sekolah juga
harus melihat bagaimana cara para siswanya belajar agar siswa lebih mudah dan
baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
· Maulidya Khairiyah (12-026)
Dari hasil pengamatan saya pribadi e-learning yang difasilitasi oleh sekolah untuk para anak didiknya
baik yang offline maupun online telah banyak membantu proses
belajar mengajar yang terjadi di MAN 2 Model Medan. Dari pengamatan tersebut
dan dari pengakuan para anak didik pula saya dapat menyimpulkan bahwa e-learning di MAN 2 Model Medan tersebut
telah berjalan cukup efektif.
· Carla Marsha (12-108)
Menurut saya siswa disekolah sangat antusias dengan e – learning ini. Selain itu sekolah
juga memfasilitasii dengan baik. Siswa diberikan individual table, individual
locker dan lain – lain sehingga turut membantu murid untuk menyimpan gadget
yang akan mereka gunakan saat menjalankan e
– learning.
Selain itu, observasi ini sangat berguna untuk mengasah
daya analisa kita terhadap suatu fenomena real dengan berpedoman pada teori
yang sudah ada. Sehingga menurut saya sangat berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar