Sabtu, 23 Maret 2013
Jumat, 22 Maret 2013
"Singkat tapi Mendalam"
Beberapa fungsi keluarga adalah fungsi perasaan dan fungsi
perlindungan. Fungsi perasaan adalah ketika masing-masing anggota keluarga bisa
saling mengerti, merasakan rindu, kasih sayang, dan cinta. Orangtua memiliki
ikatan batin dengan anak-anaknya, terlebih seorang ibu. Ketika, orangtua punya
perasaan nggak enak sewaktu anaknya dalam bahaya atau perasaan enak ketika
anaknya akan mendapatkan suatu hal yang membahagiakan, dan sebagainya. Mungkin,
seperti itulah menurut saya.
Jadi, waktu itu,
pertama kalinya saya dilepas ke Medan oleh kedua orangtua saya untuk belajar
intensif di salah satu bimbel yang ada di Medan, tapi, saya belum diijinkan
untuk kost sendiri. Saya tinggal di rumah kakek saya. Dan belum genap 2 minggu
saya di rumah kakek saya, ayah saya tiba-tiba datang. Saya heran dan bertanya,
“Papa ngapain datang.” Ayah saya menjawab, “Yah, mau jumpa adek lah.”
Hahahaha.. Refleks saya gelak bahagia ketika itu, segitu merindukah dia sama
saya, anaknya? Hal yang nggak akan pernah saya lupakan, karena dalam sejarahnya
baru kali itu, saya merasa dirindu oleh ayah saya. Dan mungkin, karena baru
kali itu saya jauh dari rumah. Hehehe...
Sedangkan, fungsi
perlindungan adalah ketika masing-masing anggota keluarga saling merasa aman
saat bersama. Ketika masing-masing anggota, merasa harus melindungi anggota
keluarga yang lain yang sedang tersakiti, tertindas, dan sebagainya. Menurut
saya seperti itu.
Ketika itu, saya,
ibu, dan ayah saya, menghadiri undangan pernikahan teman abang sepupu saya di
Rantau Prapat, kira-kira 3 jam lebih dari rumah saya. Kami beramai-ramai
menghadiri undangan tersebut mengendarai sepeda motor dengan teman-teman abang
sepupu saya yang lainnya. Saya dibonceng teman abang sepupu saya, bang Jimmy
namanya, dan ibu saya dibonceng ayah saya. Di perjalanan pulang dari undangan,
seekor anak kambing tiba-tiba lari ke arah sepeda motor yang saya dan bang
Jimmy kendarai. Seketika kami terjatuh dan si anak kambing itu mati. Saya
terduduk diam di aspal berusaha mengumpulkan kesadaran saya. Ibu dan ayah saya
yang mengendarai sepeda motor di belakang kami, segera menuju kea rah kami
waktu itu. Ibu saya langsung mengejar saya, memapah saya untuk berdiri, lalu
beliau memeluk saya erat, dan menangis. Dalam pelukannya saya merasakan dia
seakan berkata, “Tenang, Nak. Ada mama di sini. Adek nggak apa-apa kan?”.
Seketika, kehangatan pelukan beliau seperti mentransfer rasa aman yang sangat
ke dalam diri saya. Pelukan yang sangat singkat tapi, akan menjadi kenangan
terdalam buat saya. Lalu dia memapah saya ke rumah makan di sekitar saya jatuh
dan sibuk memesan teh manis buat saya dan bang Jimmy. Waktu itu, kaki saya
terkilir, makanya susah untuk berjalan.
Selain itu, fungsi keluarga masih
banyak yang lain, yaitu fungsi Keluarga adalah segala-galanya buat saya. Dari
keluarga lah saya belajar untuk mengenal hidup saya pertama kali, dan ketika
semua orang tidak menerima kehadiran kita, ke keluarga lah kita kembali, karna
keluarga akan selalu mengharapkan kehadiran kita.Kamis, 21 Maret 2013
"Antara Pilihan dan Kejenuhan akan Dijembatani dengan Motvasi"
“Jenuh”
tentu saja hal ini akan terjadi pada setiap pemilih. Pemilih disini maksudnya
adalah kita sebagai manusia pasti harus memilih bukan? Memilih bukan hanya
ketika pemilu diselenggarakan saja tentunya. Namun, memilih untuk berbuat baik
atau buruk, memilih untuk bahagia atau sengsara, memilih untuk berbohong atau
jujur, bahkan pada anak-anak sekalipun mereka telah memilih antara permen atau
mainan dan sebagainya. Jadi, setiap manusia pastilah akan memilih dalam hal apa
pun. Nah, sama halnya dengan saya ketika harus menentukan nasib di Fakultas apa
saya akan berenang dan menyelam. Ketika itu, dari sekian banyak fakultas yang
berada di dalam universitas di Indonesia, saya menjatuhkan pilihan saya pada
Fakultas Psikologi dan Fakultas Arsitektur USU. Kedua ini sangat menarik bagi
saya. Dan ternyata Allah berkehendak agar saya berenang dan menyelam di
lautan Psikologi.
Sama pada
kebanyakan orang akan bersemangat pada awal dia terjun ke lautan untuk berenang
dan menyelam disana. Namun, ketika telah letih, lambat laut akan merasa jenuh
dengan lautan tersebut. Itu yang saya alami, “jenuh”. Jenuh dengan tumpukan buku yang tebalnya kayak peti harta
karun bajak laut, dengan tugas yang banyaknya udah kayak ikan di laut, dan bla
bla bla.
“Jenuh” satu hal yang memang semua orang
harus mengalaminya, namun tidak semua orang yang bisa menggenjetnya agar tidak
berakar dan mengikat orang yang mengalaminya. Ini yang sedang saya proses,
bagaimana yang harus saya lakukan agar kejenuhan saya tidak menjerat saya dan
tenggelam di dasar laut Psikologi,
Di dalam
lautan, tersedia banyak keindahan alam bawah laut yang sungguh menakjubkan.
Namun, selain keindahan yang disediakan lautan ada bahaya di sana, sehingga ada
ketentuan-ketentuan yang menjaga si
penyelam agar dia tetap selamat selama masa penyelamannya. Jika, ketentuan
tersebut dilanggar, maka si penyelam harus menanggung resiko. Nah, dalam
keadaan jenuh, si penyelam bisa saja melanggar ketentuan yang mengikatnya. Dan
si penyelam tentu juga harus mempertanggungjawabkan resikonya.
Seperti itu
juga keadaan laut Psikologi, saya harus menjalankan ketentuan-ketentuan yang
berlaku, jika saya melenceng, saya harus terima resikonya. Adanya resiko ini
membuat saya makhluk yang berpikir menjalankan mesin pikiran saya, karena saya ingin setelah saya keluar dari
lautan psikologi, ada sesuatu yang bisa saya bawa untuk orang tua saya bahagia
dan menghelakan nafas lega atas tidak sia-sianya pengorbanan mereka pada buah
hatinya. Dan setelah orang tua, sesuatu itu juga harus bisa saya bagi dengan
manusia lainnya yang membutuhkan.
Jadi, karena
saya yang tegas memilih lautan Psikologi USU sebagai laut untuk saya renangi
dan selami, sehingga saya harus berlindung pada ketentuan yang harus
dilaksanakan oleh setiap perenang dan penyelam laut Psikologi USU agar saya
selamat dan saya dapat keluar dari lautan ini dengan membawa sesuatu yang bisa
membahagiakan kedua orang tua saya dan bisa saya bagi dengan orang-orang yang
membutuhkan sesuatu tersebut yang telah saya peroleh dari laut Psikologi USU.
Saya harus
bijaksana dan bertanggung jawab dengan pilihan saya. Kejenuhan akan tergencet
dengan motivasi diri yang besar. Motivasi yang ada di dalam diri setiap manusia
akan berbeda, perbedaannya bisa sebanyak jumlah manusianya. Nah, kadar motivasi
di dalam diri manusia juga akan berbeda dengan perbedaannya sebanyak manusia
yang ada. Jadi, relasinya adalah semakin besar motivasi saya sebagai penyelam
di lautan Psikologi USU, akan semakin tergencet kejenuhan yang akan saya alami.
Dan sebaliknya, semakin kecil motivasi saya sebagai penyelam di lautan
Psikologi USU, akan semakin berakar kejenuhan yang akan saya alami. Bertanggung
jawab dengan apa yang telah menjadi pilihan juga bisa menjadi motivasi lho! J
Rabu, 13 Maret 2013
Pendekatan Teoretis Terhadap Abnormalitas (Gangguan-gangguan Psikologis)
1. Pendekatan
Biologis
Pendekatan biologis memandang abnormalitas sebagai
gangguan internal. Otak, genetik, dan fungsi neurotransmitter yang menyebabkan
abnormalitas. Pendekatan biologis tampak pada model medis yang mendeskripsikan
abnormalitas sebagai penyakit medis dengan penderita disebut pasien dan
ditangani oleh dokter. Oleh karena itu, dalam pendekatan biologis ini
penanganan abnormalitasnya dengan menggunakan terapis obat.
2. Pendekatan
Psikologi
Munculnya abnormalitas karena adanya faktor-faktor
psikologi yang terlibat.
a. Sudut
pandang psikodinamika
Sudut
pandang psikodinamika menganggap bahwa gangguan psikologis muncul dari
masalah-masalah yang tidak disadari sehingga menimbulkan kecemasan dan perilaku
maladaptif. Masalah-masalah yang tidak disadari itu muncul ketika masa
kanak-kanak awal, karena tidak terselesaikan masalah-masalah tersebut terdorong
masuk ke dalam id. Konflik seksual juga menjadi kunci memahami prilaku abnormal
ini.
b. Sudut
pandang behaviorisme
Sudut
pandang ini menyatakan bahwa abnormalitas terjadi karena sistem reward dan punishment dari lingkungannya yang tidak pada tempatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa factor lingkungan berperan dalam abnormalitas.
c. Sudut
pandang kognitif
Abnormalitas
terjadi karena adanya faktor lingkungan. Namun, fokus pada faktor sosial
kognitif yang berdasarkan pada cara berpikir seseorang tentang pengamatannya,
harapan-harapan, dirinya sendiri, serta lingkungannya.
d. Sudut
pandang sifat
Sudut
pandang ini menyatakan bahwa karakterristik individu merupakan pengukuran
terhadap gangguan psikologis, terutama gangguan kepribadian. Sudut pandang ini
menganggap karakteristik dan perilaku individu yang atipikal dari populasi
merupakan abnormalitas.
e. Sudut
pandang humanistik
Kualitas
pribadi seseorang, kemampuannya bertahan, kebebasannya dalam menentukan tujuan
merupakan fokus dari sudut pandang ini. Abnormalitas muncul karena tekanan dari
lingkungannya yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu untuk mengembangkan
potensinya.
3. Pendekatan
Sosio-kultural
Pendekatan ini memandang bahwa gangguan psikologis
muncul karena konteks sosial, seperti status ekonomi, etnis, gender, budaya,
dan sebagainya. Misalnya, gangguan psikologis muncul pada seorang anggota
keluarga. Jika menggunakan pendekatan ini, maka faktor terjadinya gangguan
psikologis adalah ketidak efektifan dari fungsi keluarga. Individu dengan
penghasilan rendah lebih rentan terhadap gangguan psikologis daripada yang
berpenghasilan tinggi.
4. Pendekatan
Interaksi (Model Biopsikosial)
Pendekatan ini menyatakan adanya interaksi antara
faktor biologis, psikologi, dan sosial yang menyebabkan munculnya gangguan
psikologis. Ketiga elemen ini membentuk kombinasi unik yang membedakan satu
individu dengan individu lain. Pendekatan ini menyatakan bahwa diantara
faktor-faktor tersebut, tidak ada yang dianggap lebih penting karena ketiga
faktor tersebut saling memengaruhi satu sama lain.
Referensi:
Referensi:
Fitri Fausiah dan
Julianti Widury. 2005. Psikologi Abnormal Dewasa Klinis. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
King, Laura A.
2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika
Lahey, Benjamin B.
2007 Psychology An Introduction. New York: McGraw-Hill
Langganan:
Postingan (Atom)