A. Pengertian
Tuna Daksa
Tuna
daksa berasal dari kata “tuna” yang
berarti kurang dan kata “daksa” yang
berarti tubuh. Sehingga dapat dikatakan tuna daksa merupakan gangguan pada
anggota tubuhnya. Anak-anak tuna daksa secara umum memiliki kemampuan
kognitif yang sama dengan anak-anak
normal lainnya. Hanya saja, antara anak-anak normal dan anak-anak tuna daksa
terbedakan dengan kekurangan pada anggota tubuhnya, seperti lumpuh, tidak
memiliki tangan, dsb. Pada anak tuna daksa, kekurangan yang mereka alami bisa
disebabkan suatu insiden tertentu atau bawaan lahir mereka.
Ada
beberapa kategori seorang anak dapat dikatakan sebagai anak tuna daksa, yaitu:
1.
Gangguan Ortopedik: gangguan yang berupa
keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di
otot, tulang atau sendi. Penyebabnya bisa karna nature dan nurture.
2.
Cerebral
Palsy: gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot,
tubuh sangat lemah dan goyah, serta bicaranya tidak jelas. Penyebabnya karena
kekurangan oksigen pada masa kelahiran.
3.
Gangguan Kejang-Kejang (Epilepsi):
gangguan saraf yang biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor
atau kejang-kejang.
Semua
anak, baik yang normal maupun yang tuna termasuk tuna daksa berhak mendapat
pendidikann. Dalam pasal 15 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, jelas dinyatakan
bahwa: ”Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan misalnya tuna netra, tuna rungu, tuna daksa atau peserta
didik yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Penyelenggaraan pendidikan
khusus dilaksanakan secara berkelompok (inklusif) atau berupa satuan khusus
pada tingkat dasar dan menengah.” Nah, Sekolah Luar Biasa (SLB) utuk anak-anak
tuna daksa adalah SLB tipe D.
B. Kriteria
Siswa dan Guru
1.
Kriteria Siswa
Kriteria
siswanya jelas saja semua anak tuna daksa tak terkecuali, boleh masuk/
bergabung dengan sekolah yang kami miliki ini. Mengingat, setiap manusia tanpa
terkecuali juga membutuhkan pendidikan.
2.
Kriteria Guru
Nah,
kriteria guru yang kami gunakan juga tidak sembarangan. Kami hanya
memberdayakan guru-guru yang memang memiliki diantara/ semua dari 3 kriteria
berikut, yaitu memiliki basic dalam
pendidikannya mengenai SLB, lalu harus memiliki ilmu pengetahuan yang melimpah,
dan memiliki basic dalam dunia
psikologi. Karna ketiga kriteria ini sangat berguna dalam keefisienan SLB ini
sendiri.
C. Visi
dan Misi Sekolah
1.
Visi
“Meningkatkan
tingkat kepercayaan diri peserta didik dengan memaksimalkan kemampuan yang
dimiliki untuk masa depan yang cerah.”
2.
Misi
“Menghasilkan
peserta didik yang bermutu tinggi, berwawasan luas dan religius, serta berbudi
pekerti”
D. Fasilitas
dan Infrastruktur
1.
Design Kelas
Design
kelas yang akan digunakan adalah gaya offset. Dengan jumlah murid perkelas
tidak lebih dari delapan murid, hal ini dapat memudahkan para guru dalam
mengontrol dan menangani siswanya, terutama jika siswanya dalam kategori
gangguan epilepsi.
2.
Klasifikasi Kelas
Kelas
akan diklasifikasikan sesuai dengan gangguan yang dialami peserta didik. Hal
ini juga dapat memudahkan guru dalam mengontrol siswanya. Selain itu, jika
gangguan yang dialami peserta didik dalam satu kelas sama, juga akan memudahkan
guru dalam memahami peserta didik. Jadi, kelas akan diklasifikasikan sesuai
dengan jumlah kategori tuna daksa.
3.
Manajemen Kelas
Dalam
manajemen kelas, peran siswa akan lebih ditonjolkan atau biasa disebut dengan student center learning. Mengapa
demikian? Hal ini, akan meningkatkan rasa kepercayaan diri para peserta didik.
Namun, bukan berarti guru akan lepas tangan begitu saja.
E. Pengaturan
Sekolah
Sekolah
kami menggunakan pengaturan inklusi dan integrasi, dimana siswa yang memang
parah dalam gangguannya akan masuk dalam pengaturan inklusi agar dapat lebih
terkontrol dan menghindari pelabelan dari anak normal. Sedangkan, bagi siswa
yang dalam kategori gangguan ringan dan masih mampu memugsikan fisiknya akan
dimasukkan kedalam pengaturan integrasi. Namun, siswa dalam kategori ringan ini
akan terlebih dahulu dibekali dengan pemberian motivasi agar meningkat
kepercayaan diri mereka.
F.
Materi yang Diajarkan
Materi
yang diajarkan sama dengan materi pada sekolah pada umumnya. Karena, pada
umumnya anak-anak tuna daksa memiliki kemampuan kognitif yang sama dengan anak
normal. Namun, akan diberikan pelajaran tambahan yaitu pengembangan diri yang
lebih pada keterampilan anak. Jadi, anak-anak tuna daksa dapat bebas
mengekspresikan kemampuan mereka.
G. Media
Pembelajaran
Anak-anak
akan difasilitasi dengan computer dan jaringan internet untuk memperbaharui
pengetahuan mereka tentang dunia luar. Selain itu, anak-anak juga akan
difasilitasi dengan alat-alat yang dibutuhkan mereka dalam proses pengembangan
diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar